
Fariz Darari, Ph.D (Alumni Fasilkom UI Angkatan 2006)
Foto: Dok. Humas Fasilkom UI
Ikatan Alumni (Iluni) Fasilkom UI patut berbangga karena salah satu anggotanya, Fariz Darari (IK06), yang kini menjadi dosen Fasilkom UI, menjadi peneliti Indonesia pertama yang memperoleh SWSA (Semantic Web Science Association) Distinguished Dissertation Award. Ini adalah penghargaan bergengsi bagi para peneliti di bidang minat Semantic Web.
Pria kelahiran Malang 5 Juli 1988 ini menempuh pendidikan sarjana di Fasilkom UI, lalu melanjutkan studi master di TU Dresden, Jerman & Free University of Bozen Bolzano, Italia tahun 2011. Ia kemudian menyelesaikan studi doktoralnya tahun 2017 di Bolzano dan Dresden.
Untung memahami lebih jauh tentang Semantic Web dan riset yang dikerjakannya, berikut ini wawancara kami dengan Fariz:
(1) Bisa diceritakan latar belakang pendidikan Fariz dan kenapa akhirnya fokus ke Semantic Web?
Asal mula tertarik pada Semantic Web adalah karena Semantic Web itu merupakan penggabungan antara Artificial Intelligence (AI) dan Web yang merupakan dua topik favorit saya pada saat masih menempuh kuliah Sarjana di Fasilkom UI. Hal ini pula yang mendasari pemilihan topik skripsi saya yang terkait dengan Semantic Web, yang pada waktu itu di tahun 2010 dibimbing oleh Dr. Adila A. Krisnadhi dan Dr. Ruli Manurung.
(2) Hal apa yang menarik perhatian Fariz untuk mendalami Semantic Web ini?
Visi dari Semantic Web sendiri, yakni Web yang lebih kaya makna dan mudah diproses. Menurut saya, itu akan berpotensi untuk mendukung pengembangan aplikasi-aplikasi Web secara lebih cepat dan personalized. Rancangan awal Web pada 1989 dari Sir Tim Berners-Lee (Bapak penemu Web) sebenarnya sudah menyertakan Semantic pada Web. Hanya karena pada waktu itu teknologi masih belum memungkinkan, Semantic Web baru benar-benar muncul di tahun 2001.
(3) Bisa diceritakan secara singkat apa itu Semantic Web?
Pada dasarnya, Semantic Web berbicara tentang bagaimana mengorganisasi web dengan lebih baik dan lebih mudah diproses oleh mesin. Fokusnya adalah mengeksplisitkan hyperlink (tautan) yang ada pada web dan menggunakan paradigma baru, di mana kita dapat melihat informasi bukan sebagai teks atau strings tetapi lebih kepada obyek atau things. Dengan kata lain, tidak sekedar menyimpan basisdata teks tetapi juga pengetahuan atau knowledge. Semantic Web tidak dapat dilepaskan dari big data processing. Ketika data dalam jumlah besar diproses (big data processing), maka Semantic Web memiliki fungsi dalam memodelkan data yang interoperable dan kaya makna (semantics).
(4) Bagaimana fokus riset Semantic Web yang saat ini dikerjakan Fariz?
Saat ini fokus riset saya adalah bagaimana semakin memperkaya konten yang ada pada Semantic Web sources, misalnya konten-konten Indonesia. Dalam hal ini, saya termotivasi dari kurangnya konten Indonesia yang ada di Wikidata, salah satu data source yang menjadi rujukan utama pada Semantic Web. Di sisi lain, data.go.id, adalah portal data terbuka resmi oleh pemerintah Indonesia yang memiliki ribuan dataset yang kaya akan konten Indonesia.
Untuk itu, saya beserta rekan-rekan dari Fasilkom UI dan Wikimedia Indonesia berencana untuk mengintegrasikan data yang ada pada data.go.id dengan Wikidata. Dampak dari integrasi data ini memiliki dua manfaat: (1) di sisi data.go.id, datanya akan lebih kaya makna, dan lebih terhubung satu sama lain; (2) di sisi Wikidata, data tentang Indonesia akan menjadi semakin banyak.
(5) Dalam layman’s term (bahasa umum) apa yang menjadi bahasan di disertasi “Managing and Consuming Completeness Information for RDF Data Sources”?
Topik disertasi saya lebih terkait ke faktor kualitas data dan bagaimana melakukan manajemen terhadap kualitas data tersebut. Kualitas data adalah salah satu faktor utama yang menentukan pengambilan keputusan. Data dengan kualitas kurang baik, akan berakibat ke pengambilan keputusan yang kurang baik juga. Sayangnya, terkadang yang terjadi adalah, kurang implisitnya kualitas data, sehingga bahkan kita tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil berdasarkan data tersebut sudah baik atau masih kurang.
Disertasi saya mengupas bagaimana mengeksplisitkan sisi kualitas pada data, serta bagaimana pengambilan keputusan dapat mempertimbangkan aspek kualitas tersebut. Sebagai lingkup dari disertasi itu, saya mengupas dari segi kelengkapan data, yang merupakan aspek penting dari kualitas data, dan data yang saya pelajari lebih ke data yang ada pada Semantic Web.
(6) SWSA Distinguished Dissertation Awards merupakan salah satu penghargaan bergengsi di bidang ini. Bisa diceritakan apa arti penghargaan ini bagi Fariz dan riset yang saat ini dikerjakan Fariz?
Saya bersyukur dapat memperoleh penghargaan 2018 SWSA Distinguished Diserrtation Award ini. Tentunya penghargaan ini tidak terlepas dari peran kedua pembimbing doktoral saya, yakni Prof. Werner Nutt (Bolzano) dan Prof. Sebastian Rudolph (Dresden). Semoga penghargaan ini dapat memotivasi saya dan rekan-rekan semua untuk dapat terus mengembangkan keilmuan dan bermanfaat bagi masyarakat.
(7) Di Indonesia sendiri, bagaimana perkembangan riset Semantic Web? Lalu bagaimana hasil riset yang dilakukan Fariz bisa memberi manfaat bagi industri dan masyarakat?
Di Indonesia sendiri, Semantic Web adalah salah satu topik keilmuan yang sifatnya emerging, dan sudah banyak peneliti kita yang bergelut di bidang tersebut. Secara luas, peran Semantic Web sendiri adalah sebagai salah satu komponen utama dalam menyokong infrastruktur untuk revolusi Industri 4.0 dan smart apps untuk masyarakat, di berbagai aspek, mulai dari kesehatan, edukasi, sampai pelestarian kebudayaan.